Selasa, 21 Desember 2010
Puisi: Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku ?"
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
(Taufik Ismail, 1966)
Sabtu, 02 Oktober 2010
Puisi: Satu Nama Saja
Kamis, 23 September 2010
Puisi: Di Negeri Ini?
Aku kadang menjadi setan
Bapakku kadang menjadi setan
Ibuku kadang menjadi setan
Pak lurah kadang menjadi setan
Pak kades kadang menjadi setan
Pak camat kadang menjadi setan
Pak bupati kadang menjadi setan
Pak walikota kadang menjadi setan
Pak polisi kadang menjadi setan
Pak jaksa kadang menjadi setan
Pak wakil rakyat terbiasa menjadi setan
Pak presiden pura-pura menjadi malaikat
(Azwar Anas, 23 September 2010)
Rabu, 25 Agustus 2010
Puisi: Tuhan Sembilan Senti
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.
Amin Yaa Rabbalalamin
(Karya: Taufik Ismail)
Rabu, 18 Agustus 2010
Puisi: Ayah Membakar Uang Sekolahku
Sebelum ayah menduakanku...
Di sekolah aku belajar, bermain, dan mencoba petik bintang yang kugantungkan di atap impianku
Aku dimanja, buku sekolah serta pensil menjadi kado istimewa untukku
Sesekali kuperlihatkan rapor yang bertuliskan rangking pertama di kelas
Ibu guru tak luput tuk menyanjungku di depan kawan-kawan belajarku
Ayahku hebat, menukar keringatnya demi uang sekolahku
Tapi sekarang...
Setelah sebatang asap candu merayu ayahku
Kepulan asap menjadi teman mesra ayahku, manja untukku hilang
Korek api di tangan kirinya menyisihkan kado buku untukku
Batang candu di tangan kanannya menjadi penukar pensil belajarku
Tak ada lagi rapor dari bapak ibu guru, ayahku telah menjual raporku
Ayahku sekarang menukar keringatnya demi asap-asap yang menipu
Tak ada lagi seragam sekolah, sepatu, buku, dan uang jajan yang akan kutabung
Entah sekarang ada dimana bintang yang menggantung di atap impianku saat itu
Namun, bapak ibu guru masih membanggakanku di depan kawan-kawan lamaku
Sungguh ayah membakar uang sekolahku!
(Azwar Anas, 18 Agustus 2010)
Senin, 26 Juli 2010
Puisi: Kebebasan Dalam Cengkraman
Jika seumur orang mungkin aku telah rapuh
Enam puluh satu, setengah abad sebelas tahun
Selama ini aku keluar dari cangkang kegelapan
Kemeranaan juga nista sang asing
Yang singgah tanpa ucap salam,yang makan tanpa bertamu
Hari ini aku bebas!
Sama seperti hari di tahun kemarin
Sama seperti dulu
Siklus selalu siklus, menggelinding tak terarah
Sayang selalu celaka mengambil alih roda putar
Di atas dan di bawah sama saja
Sayang, sayang, sayang, sayang tidak ada yang lain
Ini, tulang dan darah bagi mereka yang bisu
Bisu dengan kebenaran_Tuhan ajarkan
Ini, tulang dan darah bagi mereka yang bicara
Bicara dengan dusta di atas kebenaran
Lalu..?
Entahlah Selamanya aku mungkin selalu seperti ini
Teradzab dalam kebebasan
(Azwar Anas, 17 Agustus 2008)
Senin, 19 Juli 2010
Puisi: Biar Aku Bersyair
Biar aku bersyair
Diam dalam cawan kosong
Menggelora bila bersuara
Senapan para tentara berperang
Haus kan darah sang lawan
Biar aku bersyair
Berlayar dalam ego
Gadis malam mengajarkan
Perempuan suci menunjukkan
Mata membuta, mulut terbisu
Namun tinta menjadi darahku
Mengalir penuhi degup jantungku
(Azwar Anas, 17 Juni 2010)
My Book Collection: Magdalena (Novel)
SINOPSIS BUKU - Novel Magdalena berkisah tentang cinta, kesetiaan dan kehidupan duniawi. Magdalena, gadis desa yang lugu dan polos, berharap menemukan cinta sejati. Tetapi kemudian pikirannya berubah, ia beranggapan cinta saja tak cukup. Bahkan dengan harta, cinta bisa didapatkan. Sebagai gadis desa yang lugu ia terlambat menyadari bahwa harta bisa habis tak bersisa.
Barulah kemudian ia menyadari, dengan cinta maka harta dan popularitas bisa dikejar dan didapatkan. Ia sadar keputusannya dulu salah, karena dengan harta, cinta tak akan bisa didapatkan. Ia berusaha kembali pada dirinya sendiri, kembali pada masa lalu cintanya. Namun waktu tak pernah berjalan mundur. Ia menjadi lebih terhina ketika seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh lelaki yang pernah ia cintai namun kemudian ia tinggalkan.
Magdalena berjalan dengan derita, mencari cinta. Meski sang kekasih ada di sampingnya, namun ia tak bisa memiliki.
Mustafa Lutfi al-Manfaluthi
Jumat, 16 Juli 2010
My Book Collection: Kepada Cium
SINOPSIS BUKU - Kepada Cium Buku ini berisi 33 puisi Joko Pinurbo yang ditulisnya sepanjang tahun 2005-2006. Melalui peristiwa-peristiwa yang tampak kecil dan sederhana, imajinasinya yang liar dan lembut mengajak kita mengembara, menyelami relung-relung sunyi dalam hubungan manusia dengan dunia di dalam dirinya. Cara berpuisinya yang unik sering membawa kita ke batas yang kabur antara yang getir dan yang jenaka.
Kepada Cium
Seperti anak rusa menemukan sarang air di celah batu karang tersembunyi,
seperti gelandangan kecil menenggak sebotol mimpi di bawah rindang matahari,
malam ini aku mau minum di bibirmu.
Seperti mulut kata mendapatkan susu sepi yang masih hangat dan murni,
seperti lidah doa membersihkan sisa nyeri pada luka lambung yang tak terobati.
Joko Pinurbo, 2006
***
Jokpin adalah penyair Indonesia kontemporer yang terkemuka. Penerima anugerah Sih Award 2001 dan pemenang Khatulistiwa Literary Award 2004. Bisa dibilang, masa depan puisi Indonesia terletak pada tangannya. Kumpulan sajak Jokpin telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, Jerman, dan Belanda.
Sumber: www.bukukita.com
Puisi: Sajak Pecandu Kasih
Wajah itu sunyi tapi berapi
Wajah itu sayu tapi penuh mimpi
Wajah itu beku tapi menyinari
Wajah itu...dari langit untuk rindu ini
Pada kaki yang terluka, tetap berjalan susuri bara api
Pada gelapnya kerudung, setia selimuti mahkota rahasia
Pada air mata yang berderai, biar mengalir siram padam amarah
Pada nama yang indah, tetap mancandu misteri ini
Mengalir
Tunggu dan lihat
Apa yang akan terjadi
Basahi bibir yang terlampau kering
Atau biarkan bibir terkikis penantian
Kupu-kupu biru terbang tinggal kenangan
Seruni layu di kebun ini tersisa daunnya yang mengering
Hampa sebelum terisi
Terisi penantian
Akhiri perjalanan tanpa separuh nyawa
(Azwar Anas, 14 Juli 2010)
Rabu, 14 Juli 2010
Puisi: Hingga Habis Waktuku
Setiap butir waktuku
Semakin penuhi ketakjubanku pada dirimu
Hingga habis waktuku
Hanya memilikiku jalan hidupku
Minggu, 11 Juli 2010
Tokoh: Muhammad Iqbal
Iqbal merupakan seorang pemikir, pujangga, pembaharu Islam, Iqbal yang bukan saja berpengaruh di negerinya Pakistan tapi juga di Indonesia sendiri. Di dalam kehidupannya Iqbal berusaha secara serius terhadap perumusan dan pemikiran kembali tentang Islam. Meskipun Iqbal tidak diberi umur panjang tapi lewat tarian penanyalah yang menghempaskan bangunan unionist dan meratakan jalan untuk berdirinya Pakistan, memang pena lebih tajam dari pada pedang. Dia mengkritik sebab kemunduran Islam kerena kurang kreatifnya umat Islam, konkritnya bahwa pintu Ijtihad telah ditutup. Sehingga umat Islam hanya bisa puas dengan keadaan yang sekarang didalam kejumudan.
Karya Muhammad Iqbal...
Rahasia Keibuan Sejati
keibuan adalah rahmat yang bertaut erat dengan nubuwah
dan sifat ihsannya sifat nabi.
kerana para ibu membentuk jalan yang bakal dilalui lelaki
dengan rahmat keibuan lebih matanglah peribadi bangsa-bangsa
garis kerut di alis para ibu menentukan tingkat kita dalam hidup ini.
dia yang kerananya Allah berfirman: "Jadilah kehidupan"
Nabi isytiharkan ; "syurga di bawah tapak kaki para ibu"
di dalam memuliakan rahim
kehidupan umat menjadi sejahtera
kalau tidak
kehidupan menjadi mentah dan kehaiwanan
ambillah tamsil mana-mana wanita di desa
yang jahil, lontok, gemuk, tak jelita, tak halus budi bahasanya,
buta huruf, rabun mata, selamba, bisu,
kesakitan menjadi ibu telah meluluh hatinya
lipatan muram memilukan telah melengkong di bawah kelopak matanya.
andaikata dari dadanya
umat ini menerima si muslim yang ghairah terhadap agama,
hamba Allah yang setia,
segala kesakitan yang ditanggungnya
telah membentangkan wujud kita,
dan fajar kita menyingsing cemerlang dalam kemilau senjakalanya.
Ambillah pula: tubuh yang lampai,
berdada pipih,
kuntum yang belum digugurkan hembusan bayu bernafsu,
bunga-bunga tulip ini berkembang daripada kediaman keibuan yang subur.
kekayaan sesuatu kaum,
hanya saudara yang didiaman,
tidaklah terletak pada linen halus,
atau timbunan emas perak dalam khazanah;
kekayaan ialah putera-puteranya,
yang bersih anggota dan kuat tubuhnya, luas fikirannya,
berjihadlah ke arah usaha mulia,
para ibu memelihara tanda ukhuwah,
kekuatan alkitab dan umat.
wahai dikau yang kelubungnya menjadi hijab,
memelihara kekuatan kami,
suatu rahmat bagi kami,
kekuatan agama kami, asas umat kami,
bibir puteri kami menerima susu dari dadamu
sejak mulanya belajar menyebut: "La ila ha Lillah"
cintamulah yang mencorakkan pemikiran kami,
kata-kata kami,
amalan kami.
panahan kilat yang berada dalam awanmu,
berkemilau di gunung menyapu tanah pamah.
wahai pemelihara nikmat syariat Allah,
kau yang dari nafasnya agama Allah memperolehi api,
pesolek dan pintarnya zaman ini,
kafilahnya perompak perintang jalan lengkap bersenjata,
untuk merampas dan memusnahkan harta kekayaan agama.
butalah hatinya yang tiada langsung mengenal Allah.
hinalah mereka yang menjadi tawanan rantainya yang membelit;
lancang matanya lagi nekad, tangkas meregut kuku-kuku pencengkamannya.
buruannya yang malang mengatakan dirinya merdeka,
mangsanya menyombong bahawa ia hidup!
peliharalah kesucian ibu negeri umat ini!
usahalah memperhitungkan laba rugi,
berpadalah dengan melalui jalan yang telah lama direntas
bapak-bapak kita melaluinya di zaman silam.
waspadalah terhadap kerosakan-kerosakan zaman,
himpunlah anak-anakmu erat ke dadamu nan bidang,
anak-anak burung pada rumput ini belum tumbuh bulu untuk terbang,
telah jatuh jauh dari sangkarnya yang hangat nyaman.
tinggi, tinggi, keinginan yang bergelut dengan dirimu!.......
tauladan sempurna, Fatimah 'Affifah itu,
meskipun sekalian makhluk mentaati suruhannya
namun ia menenggelamkan iradatnya dalam keredhaan suaminya yang soleh.
terdidik tabah dan rendah hati,
sedang bibirnya mentilawah kitab suci,
ia memutar kisaran gandum rumahnya.
insaflah sentiasa akan tauladanmu, Fatimah
akan dahanmu akan membuahkan Hussin yang baru.
tamansari kita berkembang mekar dengan zaman kencana.
(Saduran dari Ramuzi Bahudi)
Sumber:
- http://id.wikipedia.org
- http://lamanpuisi-rs.blogspot.com
Kamis, 01 Juli 2010
Tokoh: Taufik Ismail
Taufiq Ismail, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (1963, sekarang Institut Pertanian Bogor. Selain telah menerima Anugerah Seni Pemerintah RI juga menerima American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57).
Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis. Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan, antara lain: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.), Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970), Tirani (1966), Puisi-puisi Sepi (1971), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971), Buku Tamu Museum Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1973), Puisi-puisi Langit (1990), Tirani dan Benteng (1993), dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).
Selain itu, bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad, Taufiq menerjemahkan karya penting Muhammad Iqbal, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam. Sedangkan bersama D.S. Moeljanto, salah seorang seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan, menyunting Prahara Budaya (1994).
Taufiq sudah bercita-cita jadi sastrawan sejak masih SMA di Pekalongan, Jawa Tengah. Kala itu, dia sudah mulai menulis sajak yang dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Dia memang dibesarkan di lingkungan keluarga yang suka membaca, sehingga dia sejak kecil sudah suka membaca.
Kegemaran membacanya makin terpuaskan, ketika Taufiq menjadi penjaga perpustakaan Pelajar Islam Indonesia Pekalongan. Sambil menjaga perpustakaan, dia pun leluasa melahap karya Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, sampai William Saroyan dan Karl May. Dia tidak hanya membaca buku sastra tetapi juga sejarah, politik, dan agama.
Kesukaan membacanya, tanpa disadari membuatnya menjadi mudah dan suka menulis. Ketertarikannya pada sastra semakin tumbuh tatkala dia sekolah di SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS. Dia mendapat kesempatan sekolah di situ, berkat beasiswa program pertukaran pelajar American Field Service International Scholarship. Di sana dia mengenal karya Robert Frost, Edgar Allan Poe, Walt Whitman. Dia sanga menyukai novel Hemingway The Old Man and The Sea.
Namun setelah lulus SMA, Taufiq menggumuli profesi lain untuk mengamankan urusan dapur, seraya dia terus mengasah kemampuannya di bidang sastra. Dia juga kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia di Bogor, lulus 1963. Semula dia berobsesi menjadi pengusaha peternakan untuk menafkahi karir kepenyairannya, namun dengan bekerja di PT Unilever Indonesia, dia bisa memenuhi kebutuhan itu.
Taufiq menikah dengan Esiyati tahun 1971. Mereka dikaruniai satu anak, yang diberinya nama: Abraham Ismail. Dia sangat bangga dengan dukungan isterinya dalam perjalanan karir. Esiyati sangat memahami profesi, cita-cita seorang sastrawan, emosi sastrawan, bagaimana impuls-impuls seorang sastrawan.
Taufiq bersama sejumlah sastrawan lain, berobsesi memasyarakatkan sastra ke sekolah-sekolah melalui program “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab”. Kegiatan ini disponsori Yayasan Indonesia dan Ford Foundation.
Taufiq sudah menerbitkan sejumlah buku kumpulan puisi, di antaranya: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.); Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970); Tirani (1966); Puisi-puisi Sepi (1971); Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971); Buku Tamu Museum Perjuangan (1972); Sajak Ladang Jagung (1973); Puisi-puisi Langit (1990); Tirani dan Benteng (1993); dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).
Dia pun sudah menerima penghargaan: - American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57); - Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970; dan - SEA Write Award (1997) ►e-ti/tsl (dari berbagai sumber, di antaranya pusat data dan analisa tempo)
==============================
Karya Taufiq
Takut 66, Takut 98
12 MEI 1998
Empat syuhada berangkat pada suatu
malam, gerimis air mata
tertahan di hari keesokan, telinga kami
lekapkan ke tanah kuburan
dan simaklah itu sedu sedan
Mereka anak muda pengembara tiada
sendiri, mengukir reformasi
karena jemu deformasi, dengarkan saban
hari langkah sahabat-
sahabatmu beribu menderu-deru,
Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom
abad duapuluh satu
Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi
kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena
kalian berani mengukir
alfabet pertama dari kata reformasi-damai
dengan darah
arteri sendiri,
Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk
di bawah garang
matahari tak mampu mengibarkan diri
karena angin lama
bersembunyi,
Tapi peluru logam telah kami patahkan
dalam doa bersama, dan kalian
pahlawan bersih dari dendam, karena jalan
masih jauh
dan kita perlukan peta dari Tuhan
Republika,
16 Agustus 1998
Sajak-sajak Reformasi Indonesia
Taufik Ismail
TAKUT 66, TAKUT 98
Oleh :
Taufiq Ismail
Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa
(1998, Republika Online edisi : 07 Juni 1998 1999)
Sumber: dikutip dari berbagai sumber
Puisi Karya Azwar A.
Begitulah namamu mencanduku
Meresap di relung-relung sukma
Mengisi laju darah
Harum nafasmu mendemamiku
Membawa pada perjalanan bait syairku
Engkaulah pedang yang menyerang kemunafikan
Engkaulah mawar bersemi hiasi bumi
Bersamamu malaikat, iringi setiap langkah
Menghembuskan angin dingin
Bekukan detak jantungku
Untuk mendapatkan password kumpulan puisi karya Azwar A. ini silahkan kirim email ke alamat azwar26@yahoo.com, sebelumnya download naskahnya
Download Kumpulan Puisi Azwar A.
Syarat dan ketentuan berlaku.
Sastra Yang Memperbaiki Peradaban
Dengan sedikit upaya dari blog ini semoga mampu memberikan wacana kepada masyarakat mengenai keindahan sastra dengan bertukar pikiran dan mencoba meciptakan karya sastra yang memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Syairku bukan khayalanku
Tapi muncul dari hati yang paling dalam
Syairku bukan bayang kelam
Tapi muncul jika aku bisu
Syairku memang tiada arti
Tapi aku menyanjungnya
Syairku memang tak puitis
Tapi aku tulus ungkapkannya
Syairku hanya untuk cahaya
Cahaya yang datang
Syairku datang karena cahaya
Cahaya yang selalu kurasakan
(Azwar Anas, 27 Januari 2005, "Syairku")