Minggu, 11 Juli 2010

Tokoh: Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal, seorang penyair, pujangga dan filsuf besar abad ke-20, lahir di Sialkot, Punjab, India, 9 November 1887 – meninggal di Lahore, 21 April 1938 pada umur 60 tahun.

Iqbal merupakan seorang pemikir, pujangga, pembaharu Islam, Iqbal yang bukan saja berpengaruh di negerinya Pakistan tapi juga di Indonesia sendiri. Di dalam kehidupannya Iqbal berusaha secara serius terhadap perumusan dan pemikiran kembali tentang Islam. Meskipun Iqbal tidak diberi umur panjang tapi lewat tarian penanyalah yang menghempaskan bangunan unionist dan meratakan jalan untuk berdirinya Pakistan, memang pena lebih tajam dari pada pedang. Dia mengkritik sebab kemunduran Islam kerena kurang kreatifnya umat Islam, konkritnya bahwa pintu Ijtihad telah ditutup. Sehingga umat Islam hanya bisa puas dengan keadaan yang sekarang didalam kejumudan.

Karya Muhammad Iqbal...

Rahasia Keibuan Sejati

keibuan adalah rahmat yang bertaut erat dengan nubuwah
dan sifat ihsannya sifat nabi.

kerana para ibu membentuk jalan yang bakal dilalui lelaki
dengan rahmat keibuan lebih matanglah peribadi bangsa-bangsa
garis kerut di alis para ibu menentukan tingkat kita dalam hidup ini.

dia yang kerananya Allah berfirman: "Jadilah kehidupan"
Nabi isytiharkan ; "syurga di bawah tapak kaki para ibu"
di dalam memuliakan rahim
kehidupan umat menjadi sejahtera
kalau tidak
kehidupan menjadi mentah dan kehaiwanan

ambillah tamsil mana-mana wanita di desa
yang jahil, lontok, gemuk, tak jelita, tak halus budi bahasanya,
buta huruf, rabun mata, selamba, bisu,
kesakitan menjadi ibu telah meluluh hatinya
lipatan muram memilukan telah melengkong di bawah kelopak matanya.

andaikata dari dadanya
umat ini menerima si muslim yang ghairah terhadap agama,
hamba Allah yang setia,
segala kesakitan yang ditanggungnya
telah membentangkan wujud kita,
dan fajar kita menyingsing cemerlang dalam kemilau senjakalanya.
Ambillah pula: tubuh yang lampai,
berdada pipih,
kuntum yang belum digugurkan hembusan bayu bernafsu,
bunga-bunga tulip ini berkembang daripada kediaman keibuan yang subur.
kekayaan sesuatu kaum,
hanya saudara yang didiaman,
tidaklah terletak pada linen halus,
atau timbunan emas perak dalam khazanah;
kekayaan ialah putera-puteranya,
yang bersih anggota dan kuat tubuhnya, luas fikirannya,
berjihadlah ke arah usaha mulia,
para ibu memelihara tanda ukhuwah,
kekuatan alkitab dan umat.

wahai dikau yang kelubungnya menjadi hijab,
memelihara kekuatan kami,
suatu rahmat bagi kami,
kekuatan agama kami, asas umat kami,
bibir puteri kami menerima susu dari dadamu
sejak mulanya belajar menyebut: "La ila ha Lillah"
cintamulah yang mencorakkan pemikiran kami,
kata-kata kami,
amalan kami.
panahan kilat yang berada dalam awanmu,
berkemilau di gunung menyapu tanah pamah.

wahai pemelihara nikmat syariat Allah,
kau yang dari nafasnya agama Allah memperolehi api,
pesolek dan pintarnya zaman ini,
kafilahnya perompak perintang jalan lengkap bersenjata,
untuk merampas dan memusnahkan harta kekayaan agama.
butalah hatinya yang tiada langsung mengenal Allah.
hinalah mereka yang menjadi tawanan rantainya yang membelit;
lancang matanya lagi nekad, tangkas meregut kuku-kuku pencengkamannya.
buruannya yang malang mengatakan dirinya merdeka,
mangsanya menyombong bahawa ia hidup!
peliharalah kesucian ibu negeri umat ini!
usahalah memperhitungkan laba rugi,
berpadalah dengan melalui jalan yang telah lama direntas
bapak-bapak kita melaluinya di zaman silam.
waspadalah terhadap kerosakan-kerosakan zaman,
himpunlah anak-anakmu erat ke dadamu nan bidang,
anak-anak burung pada rumput ini belum tumbuh bulu untuk terbang,
telah jatuh jauh dari sangkarnya yang hangat nyaman.

tinggi, tinggi, keinginan yang bergelut dengan dirimu!.......
tauladan sempurna, Fatimah 'Affifah itu,
meskipun sekalian makhluk mentaati suruhannya
namun ia menenggelamkan iradatnya dalam keredhaan suaminya yang soleh.
terdidik tabah dan rendah hati,
sedang bibirnya mentilawah kitab suci,
ia memutar kisaran gandum rumahnya.
insaflah sentiasa akan tauladanmu, Fatimah
akan dahanmu akan membuahkan Hussin yang baru.
tamansari kita berkembang mekar dengan zaman kencana.

(Saduran dari Ramuzi Bahudi)

Sumber:

- http://id.wikipedia.org

- http://lamanpuisi-rs.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar