Rabu, 23 Juli 2014

PUISI: DARAH DAN SECUIL TANAH







Aduhai pilunya hati ini
Kala api-api melalap para bocah
Hingga darah menjadi bukti
Terbasuh mayatnya oleh tangis pemuda

Tidak kah engkau saksikan wahai Umar!
Tangan-tangan dengan batu yang dilempar
Mereka meminjam lenganmu yang terbakar
Demi usir kera-kera yang serakah

Aduhai gugur gersang rasaku
Ketika darah harus tumpah demi secuil tanah
Tapi mereka bersumpah, tidak ada kata kalah!
Hingga ibunda kembali dari zionis penjajah

(Azwar Anas, 24 Juli 2014)