Sebelum ayah menduakanku...
Di sekolah aku belajar, bermain, dan mencoba petik bintang yang kugantungkan di atap impianku
Aku dimanja, buku sekolah serta pensil menjadi kado istimewa untukku
Sesekali kuperlihatkan rapor yang bertuliskan rangking pertama di kelas
Ibu guru tak luput tuk menyanjungku di depan kawan-kawan belajarku
Ayahku hebat, menukar keringatnya demi uang sekolahku
Tapi sekarang...
Setelah sebatang asap candu merayu ayahku
Kepulan asap menjadi teman mesra ayahku, manja untukku hilang
Korek api di tangan kirinya menyisihkan kado buku untukku
Batang candu di tangan kanannya menjadi penukar pensil belajarku
Tak ada lagi rapor dari bapak ibu guru, ayahku telah menjual raporku
Ayahku sekarang menukar keringatnya demi asap-asap yang menipu
Tak ada lagi seragam sekolah, sepatu, buku, dan uang jajan yang akan kutabung
Entah sekarang ada dimana bintang yang menggantung di atap impianku saat itu
Namun, bapak ibu guru masih membanggakanku di depan kawan-kawan lamaku
Sungguh ayah membakar uang sekolahku!
(Azwar Anas, 18 Agustus 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar