Kamis, 11 April 2013

PUISI: USANG YANG TAK PERNAH KELAM


Di dapur itu , nyanyian nostalgia terdengar merdu
Selendang tua beradu dengan tungku batu
Helai demi helai uban di kepala cerminkan lawas sudah arungi waktu
Telah sekian lama duduk meniup abu_nafas tak sekuat dulu

Ah…mata itu, ter-relakan berlinang hanya sebab sang anak tak mampu tersenyum sebelum pejam
Tangan yang tak pernah tua, walau waktu begitu tajam
Di balik keriput kulitnya, tulang-tulang  tak lagi segan tunjukkan memori keperkasaan
Terkadang batuk mengiringi lantunan nyanyi-nya, menundukdiamkan


Api semakin dewasa, tiupan lembut telah purna
Membuat dapur itu merasa hangat dan menandakan usai tugasnya yang tak lagi belia
Nampak langkah bergegas berkejaran dengan senja
Menuju tempat istimewa yang penuh kan kamboja

Ya… waktu paling dinanti setelah terjaga
Menabur bunga dan panjatkan doa
Di depan rumah baru suaminya yang mati setahun kemarin
Sampai senja menjadi kelam, ia pulang dan menanti esok di sini lagi

 (Azwar A., 10 April 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar